Hari Terakhir Live-In : Penuh Makna dan Kenangan

Tak terasa, hari terakhir kegiatan live-in di Desa Buntu dan Wates pun tiba. Meski menjadi hari pamungkas, semangat kami tak surut. Aktivitas masih berjalan seperti biasa: mengajar anak-anak dengan antusias dan ikut serta dalam keseharian orang tua asuh. Kebersamaan yang singkat, tapi penuh kesan.

Sore harinya, sebuah acara spesial digelar—Misa Penutupan. Yang membuatnya istimewa, petugas misa merupakan kolaborasi antara siswa dan warga setempat. Koor ibu-ibu dari Desa Buntu diiringi permainan gamelan yang dimainkan oleh siswa. Meskipun hanya berlatih dua kali, harmoni yang tercipta begitu indah, apalagi dibawakan dalam Bahasa Jawa yang menyentuh hati.

Suasana misa sangat khidmat. Semua peserta, baik siswa maupun warga, larut dalam keheningan yang penuh rasa syukur. Dalam homilinya, Romo menyampaikan pesan yang menggugah:
"Terimalah, nikmatilah, dan syukurilah setiap pengalaman selama live-in."

Pesan ini terasa sangat dalam—mengingatkan kami untuk membuka hati dan menghargai proses yang sudah dijalani.

Setelah misa, kami berkumpul dalam acara ramah tamah bersama warga dan orang tua asuh. Suasana hangat dan akrab menyelimuti malam itu. Sajian khas desa pun hadir: tempe kemul yang gurih, klepon berisi gula merah yang lumer, getuk manis nan lembut, dan teh hangat—baik yang manis maupun tawar. Sederhana, tapi begitu berkesan.

Menjelang akhir acara, Kepala Desa menyampaikan sambutan penuh makna. Beliau menekankan pentingnya disiplin dalam hidup, sebagai bekal untuk masa depan.

Setelah semua rangkaian acara selesai, kami kembali ke rumah orang tua asuh masing-masing. Saatnya mengepak kenangan dalam koper—bersiap untuk pulang ke rumah esok hari, namun membawa pulang sejuta pengalaman yang tak akan terlupa.

#smasantalaurensia, #live-in, #tangerangselatan, #2025, #santalaurensia, #sma, #smatangsel

#kejajar, #wonosobo, #desabuntu, #desawates, #dieng, #Jawatengah